You are here: Home » Chapter 66 » Verse 1 » Translation
Sura 66
Aya 1

Chapter 66

The Forbiddingal-Taḥrīm ( التحريم )

12 verses • revealed at Medinan

»The surah that opens with admonishing the Prophet against The Forbidding or prohibition of something he once imposed on himself for the purpose of not offending his wives, though God had made it lawful for him. Named after the phrase “why do you forbid” (li mā tuḥrimu) in verse 1. It mentions two of the Prophet’s wives, namely Ḥafṣah and ʿĀyishah, for an incident when a confidence was betrayed (verse 3 ff.) and urges all believers to submit themselves to God and to guard themselves and their families against Hellfire (verse 6). The surah closes by giving examples of believing and disbelieving women (verse 10 ff.).«

The surah is also known as Holding (something) to be Forbidden, The Prohibition

بِسمِ اللَّهِ الرَّحمٰنِ الرَّحيمِ

Quraish Shihab: Surat ini dimulai dengan menyebut nama Allah--satu-satunya Tuhan yang berhak disembah--Yang memiliki seluruh sifat kesempurnaan dan tersucikan dari segala bentuk kekurangan. Dialah Pemilik rahmah (sifat kasih) yang tak habis-habisnya, Yang menganugerahkan segala macam kenikmatan, baik besar maupun kecil.

1
يا أَيُّهَا النَّبِيُّ لِمَ تُحَرِّمُ ما أَحَلَّ اللَّهُ لَكَ ۖ تَبتَغي مَرضاتَ أَزواجِكَ ۚ وَاللَّهُ غَفورٌ رَحيمٌ

Quraish Shihab

AT-TAHRIM (PENGHARAMAN) Pendahuluan: Madaniyyah, 12 ayat ~ Surat ini mengisyaratkan sesuatu yang membuat Rasulullah saw. marah kepada sebagian istrinya, lalu mengharamkan sesuatu yang enak dan halal bagi dirinya, dan mengingatkan mereka akan akibat buruk dari perbuatannya. Pembicaraan kemudian beralih kepada sebuah perintah agar orang-orang Mukmin menjaga diri dan keluarga mereka dari api neraka yang bahan bakarnya terdiri atas manusia dan bebatuan. Surat ini juga menjelaskan bahwa permohonan maaf orang-orang kafir pada hari kiamat tidak akan diterima. Selain itu, surat ini menyeru agar orang-orang Mukmin melakukan pertobatan yang tulus dan agar Rasulullah saw. berjuang melawan orang-orang kafir dan munafik dan bersikap keras terhadap mereka. Surat ini, akhirnya, ditutup dengan menyebutkan beberapa perumpamaan untuk menjelaskan bahwa kesalehan seorang suami tidak akan mampu menolak azab yang dijatuhkan kepada istrinya yang sesat dan, sebaliknya, kesesatan seorang suami juga tidak akan merugikan istri selama ia saleh dan beristikamah. Setiap jiwa bertanggung jawab atas perbuatannya masing-masing.
Wahai Nabi, mengapa kamu mengharamkan bagi dirimu sesuatu yang dihalalkan oleh Allah demi menyenangkan istri-istrimu? Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.