Sang raja tergugah oleh kemampuan Yûsuf dalam menakwilkan mimpinya lalu berkenan mengundangnya. Ia memerintahkan pembantu-pembantunya untuk mendatangkan Yûsuf. Ketika seorang utusan yang ditugaskan memanggil Yûsuf datang menemuinya, hal itu tidak mengurangi penderitaannya meskipun mengandung berita tentang pembebasannya. Kepedihan seorang narapidana tidak mampu mendorongnya untuk segera membebaskan diri dari sempit dan kejamnya penjara. Sebaliknya, ia lebih memilih untuk menangguhkannya sebelum terbukti bahwa ia tidak bersalah daripada mempercepat keluar, sementara tuduhan terhadapnya masih tetap menyangkut pada dirinya. Yûsuf lalu berkata kepada sang utusan, "Kembalilah kepada tuanmu dan mintalah kepadanya agar meninjau kembali tuduhannya terhadap diriku dengan bertanya kepada wanita-wanita yang dikumpulkan oleh istri raja sebagai upaya memperdaya aku yang, karena dikuasai rasa kagum, sampai memotong tangan mereka. Apakah dengan kejadian itu lantas muncul keyakinan bahwa aku tidak bersalah dan aku tetap suci? Atau sebaliknya, bahwa aku ini kotor? Semua itu aku minta untuk membeberkan kebenaran di mata orang banyak. Tuhanku sungguh Maha Mengetahui tipu muslihat mereka.